Apa yang terjadi di Co-Housing 2 Bisnis ketika libur jurnal ??
Yup, di Co-Housing tetap produktif beraliran rasa bercerita tentang perjalanan bisnisnya. Saya yang selalu menjadi tim manjat
Karena tidak mudah bagi saya untuk mengikuti chat panjang di siang hari. Tetapi ini membuat saya lebih fokus membaca tiap perjalanan bisnis teman-teman di Co-Housing.
Semua cerita dari teman-teman sungguh menarik, mengandung banyak hikmah yang bisa di ambil. Dan cerita sang leader, Mba Rahmawati Lestari yang paling ngena, makjlebb, terngiang-ngiang untuk saya.
Jatuh bangun nya di bisnis, kerugian, riba sampai sekarang menemukan bisnis kembali.
Dari teman yang lainnya pun, saya belajar. Bisnis bukan hanya berbicara tentang uang tetapi bagaimana kita terus meningkatkan kapasitas diri, membangun kepercayaan, bekerja sama dengan tim, segudang ilmu bisnis yang harus dipelajari dan lainnya.
Berasa masih cetek sekali ilmu dan pengalaman tapi ogah-ogahan. Hiks..
Membaca semua kisah perjalanan bisnis dari semua teman Co-Housing membuat saya flashback kembali, mengenang perjalanan yang ternyata sudah 10 tahun lalu.
Saya lebih dulu mengenal bisnis dibanding dengan Ibu Profesional, tempat saya bertemu dan belajar dengan teman Co-Housing ini.
Semenjak kuliah antara tahun 2008-2010 saya sudah belajar berjualan, menjadi member salah satu produk komestik. Saat itu, whatsapp dan facebook belum booming seperti sekarang. Media yang saya gunakan hanya SMS. Target market hanya sebatas teman sekitaran umur 18-30 tahun. Belum belajar ilmunya hanya karena senang melakukan nya. Lumayan, karena penjualan saya diawal selalu target. Banyak bonus perawatan tubuh & wajah, kosmetik yang saya dapatkan. Tapi ya.. hanya sekedar dapat, tidak dipakai. Hiks
Kemudian, perjalanan bisnis di masa kuliah masih terus berlanjut. Saya kepincut dengan bisnis MLM, bisnis berjualan pulsa dan terus berjejaring. Untuk bisa daftar MLM ini, saya harus menjual handphone Nokia (saya lupa type-nya) dan menggantinya dengan handphone yang biasa saja alias jadul hanya bisa telepon dan sms. *ingetnya berasa nyesek..
Ini karena tidak diperbolehkan oleh orangtua saya tetapi saya nekat kepingin daftar.
Dan.. terbukti apa yang tidak diridhoi orang tua jalannya tidak akan mulus.
Uang melayang, bisnis tidak jalan, saya hanya menjadi pengoleksi kartu member.
Saat masa-masa semester akhir, disibukkan Tugas Akhir dan magang. Saya pun berhenti berjualan.
Entah kekuatan apa, tetapi rasa ingin berbisnis selalu muncul dihidup saya. Eeaa
Setelah bekerja, rasa itu muncul kembali.
Saya dropship produk pakaian, barang dari Bandung. Saya hanya mengiklankan via Facebook ketika ada yang memesan semua dikirim dari Bandung. Bukan hanya baju, saya ikut reseller rujak cireng, sambal, keripik pisang aneka rasa. Banyak sekali..
Dan lebih banyak rugi nya karena lebih banyak di makan sendiri dibanding di jual. Hehe
Tetapi saya selalu senang menjalaninya, kalau di Ibu Profesional istilahnya Selalu berbinar..
Semua produk yang saya jual pun, memiliki cerita nya masing-masing.
*saat menulis ini, membuat saya mengingat semua kenangannya kembali.. hiks
Bisnis pun terus berlanjut sampai akhirnya saya menikah.
Saat menikah, Paksu yang sangat menyukai berkebun dan tanaman juga menyukai bisnis.
Tanaman Tin, asal mulanya. Passion paksu yang dibayar dan saya pun mengikuti jejaknya. Alhamdulilah, omset lumayan dari tanaman tin ini karena di tahun 2015-an harga tanaman tin masih cukup bagus. Dari hasil jualan ini, bisa membantu persalinan anak pertama saya, Ara. Bisnis inilah yang masih berjalan sampai sekarang dan insyaAllah terus berkembang.
Banyak doa terselip di bisnis ini, Semoga Allah meng-ijabahnya satu per satu. Menguatkan ikhtiar dan melangitkan doa..
Sekilas cerita perjalanan bisnis saya. Bisnis yang masih remahan rengginang berharap menjadi remahan berlian yang bisa berdampak dan bermanfaat untuk banyak orang. Aamiin.
#sharingsessionCH-2
#bundaproduktif
#InstitutIbuProfesional